Puasa Ramadan yang kita tunaikan setiap tahun tidak hanya merupakan kegiatan rutinitas yang berulang, tapi hendaknya diupayakan puasa yang kita jalankan ini benar-benar puasa yang bermakna dan menuju puasa yang berkualitas.Ulama sufi membagi puasa itu ada tiga macam: Pertama puasa am, yakni puasa awam. Artinya puasanya orang yang hanya sekadar tidak makan dan tidak minum serta tidak berhubungan suami isteri pada siang hari, tapi kualitas puasanya masih rendah. Bahkan masih ada yang merasa terpaksa melaksanakan puasa, karena puasa dianggap beban. Ada juga orang menjadi serba salah jika bulan Ramadan tiba, karena mau melaksanakan puasa merasa beban dan tidak sanggup, sedangkan kalau tidak berpuasa merasa malu dengan isteri dan anak-anaknya. Akhirnya pura-pura berpuasa. Pada siang hari dia keluar mencari warung yang bertirai, ketika pulang ke rumah kelihatan pura-pura letih biar dianggap benar-benar berpuasa oleh anak dan isterinya. Orang seperti ini jika Ramadan tiba hatinya resah dan gundah dia berharap bulan Ramadan cepat berlalu dan Idul Fitri segera tiba. Ada juga yang memang melakukan puasa, tapi perilaku dan mulutnya tetap tak bisa dikendalikan , mencaci dan mengumpat serta menceritakan keburukan orang lain tetap dilakukan. Puasa semacam ini harus dihindari, agar puasa yang kita tunaikan tidak sia-sia.
Kedua adalah puasa khusus, yakni puasanya orang-orang yang benar-benar beriman dan melaksanakan ibadah puasa karena Allah, serta penyerahan diri secara totalitas kepada Allah. Orang yang dikategorikan puasa khusus ini menganggap puasa itu bukan sebagai kewajiban, tetapi puasa adalah merupakan suatu kebutuhan. Selain berpuasa, juga selalu menjaga hati dan mulutnya agar terhindar dari murka Allah, dan berupaya selalu ber-ihtiyat (hati-hati) jika berbicara dan mengeluarkan pernyataan. Pada malam harinya selalu melaksanakan ibadah salat sunnat tarawih serta melakukan tadarrus Alquran serta i’tiqaf di masjid. Orang yang berpuasa seperti ini tidak hanya ibadah ansih yang dilakukan, tetapi hubungan sosial kemasyarakatan selalu berinterksi dengan baik dan harmonis. Orang seperti ini selalu berupaya bagaimana meleksanakan ajaran Islam secara kaffah, disuatu sisi taat beribadah, dan disisi lain selalu menjalankan muamalat (hubungan manusia dengan manusia) dengan baik sesuai dengan syariat Islam. Tidak mengherankan orang yang yang seperti ini paling takut kalau berutang dan dia berupaya untuk segera melunasi utangnya, karena perasaan ihsan telah tertanam di dalam kalbunya.
Ketiga adalah puasa khusus lil khusus, yakni puasa yang diketegorikan puasa tingkat tinggi. Muslim seperti ini selain puasa dianggap suatu kebutuhan, juga selalu memperbanyak ibadah sunnat, menghindari perkataan dan perbuatan tercela, bahkan lebih banyak merenung (tadabbur) dan beri’tiqaf minta ampun kepada Allah dan menyesali perbuatan dosa dan perbuatan yang mudarat pada masa silam. Orang yang berpuasa seperti ini selalu menganggap ibadahnya sangat kurang, jika dibandingkan besarnya nikmat Allah yang diterimanya. Orang yang demikian juga selalu bersyukur apa yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadanya. Dia menerima apa adanya (qanaah). Namun bukan berarti tidak berusaha sama sekali. Tetapi apa yang dapat diraihnya selalu dikembalikan kepada ketentuan dari Allah. Selain itu tidak pernah menonjolkan dirinya walaupun ilmu yang dimilikinya cukup luas.
Orang yang berpuasa khusus lil khusus ini selalu muhasabah yakni introspeksi diri sendiri, dimana sebenarnya titik lemah dalam jiwanya untuk diperbaiki, kemudian muraqqabah artinya selalu merasa diawasi oleh Allah sehingga senantiasa berbuat ihsan, selanjutnya mu’aqabah yaitu tindak lanjutnya kondisi batinnya untuk memberi teguran kepada diri sendiri.Ketika Ramadan berakhir, orang yang berpuasa khusus lil khusus ini merasa sedih, karena dia harap-harap cemas mungkinkah bisa ketemu kembali Ramadan yang akan datang. Tidak mengherankan muslim seperti ini di luar bulan Ramadan akan memperbanyak puasa sunnat, seperti puasa enam hari bulan Syawal, puasa Senin-Kamis, puasa yaumul bid (tanggal 13, 14, 15 bulan qamaiah) dan beberapa puasa sunnat lainnya.Jika saja kita bisa melakukan puasa khusus, berarti puasa kita sudah tergolong baik dan sudah cukup berkualitas. Apalagi jika kita mampu berpuasa khusus lil khusus, tentu sangat berkualitas lagi puasa kita. Semoga Allah mengampuni dosa kita dan menerima ibadah puasa dan ibadah lainnya di bulan Ramadan ini. Amin ya rabbal alamin.
Oleh: Rasmi Sattar
0 komentar:
Posting Komentar